miércoles, 4 de julio de 2012

Sedikit (lagi) Cerita Masa Muda

Demi selembar kreativitas, aku menuangkan ini di sini. Entah mengapa, aku resah. Aku tak sanggup untuk memendam ini semua. Kepalaku terlalu penuh, pecah bisa-bisa. Senang, sedih, kesal, marah, bahagia, gemas, bercampur menjadi kue yang tidak dimakan, atau akan dimakan ketika benar-benar kelaparan. Keji, dunia percintaan anak muda. Sabtu, 21 April 2012 Aku berangkat ke UI, akan menonton salah satu band kesukaan, White Shoes and The Couples Company. Aku dengan rok panjang dan kaus abu-abu ketat dibubuhi kalung batu yang melingkar menghias sekitar dada dan leher, berangkat bersama ibu dan tetangga. Sesampainya di sana, kutemui beberapa temanku, menonton bersama, berbincang-bincang dan merokok bersama. Malam itu aku sudah berjanji dengan temanku dari Cibubur sana, aku akan merambah dunia malam lagi, dunia yang banyak misteri, dunia yang sering dipandang sebelah mata. Namun sepertinya malam itu memang aku tidak bisa memungkiri jika aku termasuk salah satu dari mereka yang nakal, mabuk, berbicara seenaknya dan bertindak layaknya manusia tak berotak. Dari UI aku menumpang temanku hingga pocin, lalu berjalan kaki ke Margo. Di margo menikmati musik sebentar, lalu kawanan brengsek dari Cibubur sudah tiba di depan Margo. Aku melangkah, tidak, aku berlari menuju jembatan penyeberangan, melayangkan pandangan, tertuju pada mobil van merah marun milik temanku. Aku berjalan ke arahnya, memasuki mobil. "Masuk ke dalem, cepetan". Seorang laki-laki berbaju hitam v-neck, celana jeans hampir skinny abu-abu, dan sepatu caterpillar warna cokelat muda yang aku tidak tahu siapa dia. Aku tidak mengenalnya. Aku masuk ke dalam, paling belakang. Aku sendirian, memandangi ponsel yang sedang terhubung dengan dunia maya, sempat kunaikkan status "Tadi kesepian, sekarang keramean". Ya, di dalam mobil itu berkumandang musik masa kini, jaman sekarang. Aku tidak tahu harus menyebutnya dengan apa, musik jedak-jeduk aku menyebutnya. Rangkaian ilustrasi musik yang aku tak tahu maknanya, tak jelas liriknya, menghentak-hentak telingaku. Aku sedikit muak, ditambah mual karena kawanku menyetir van terlalu ekstrim. Di belokan yang aku tidak tahu di mana belokan itu persisnya, pria berbaju hitam v-neck tadi meminta untuk tukar posisi, menyetir. Aku pikir mungkin akan lebih baik..... Ternyata tambah parah. baru belok, ada motor naas tertabrak. Mungkin pengendara dan yang menumpang habis melakukan suatu kegiatan ranjang, atau apa. Entahlah, atau mereka sedang sial saja, mungkin. Si cowok yang membawa motor bibirnya robek, ceweknya luka-luka. Ditinggallah satu teman di dalam mobil di TKP untuk jaminan, belakangan aku tahu namanya Remon. Doraemon. Aku terdiam di belakang. Memandangi yang sudah terjadi. Tak banyak bicara, aku tak mau ikut-ikutan. Sampailah di klinik, mengurus cewek tersebut. Aku hanya merokok di depan, ngobrol-ngobrol dengan kawanku yang kukenal, si supir pertama. Si pria berkaus v-neck hitam mondar-mandir, aku tak peduli. Aku tak memperhatikan, aku tak mau ikut-ikutan, sudah berapa kali kubilang. Belakangan aku tahu namanya, sebut saja si Bujang. Dari sana kami ke RS Fatmawati, di situ perutku tak karuan, seperti maag, mungkin. Aku tak tahu persis. Aku butuh makanan. Tapi aku mengurungkan niat untuk makan, aku merokok, lagi dan lagi. Aku masuk ke ruang UGD, melihat begitu banyak orang kesakitan,ya. Aku sedikit tidak tega, kata teman-temanku bibirku pucat, ya sudahlah aku keluar saja. Kembali membakar rokok untuk kesekian kalinya. Aku melihat pria bertato, ternyata dia adalah abang-abangan dari si Bujang. Di lehernya terdapat tato Marylin Monroe. Ia sempat bertanya namaku, ia lupa, lalu kujelaskan lagi, namaku "Zaitun", ya, agar dia ingat, Zaitun, Olive. Ternyata si Bujang juga memperhatikan. Kata abang bertato Marylin Monroe itu aku keren karena aku tahu siapa nama tokoh di lehernya itu. Ya, siapa yang tak tahu Marylin Monroe? Mungkin sebagian besar seumuranku sering melihat gambar dan fotonya namun tak tahu siapa namanya, payah. Si bujang tiba2 berkata eh bagi rokok dong, rokok gue ketinggalan nih" rokok si Bujang merk x, aku y. Lalu kutawarkan "nih, rokok gue ini, lo masuk ga?" katanya "eh ini emang rokok gue! gara-gara si remon aja tuh rokok gue jadi x". Alasan klasik, Bujang. Kataku dalam hati sambil memutar bola mata dan menyerahkan rokokku padanya. Setelah selesai semua urusan di Rumah Sakit dan lain lain, abang bertato bertanya berapa jumlah uang kami, lalu mengajak mabuk di jalanan yang sering ada balap liar setiap malam Jumat. Itu malam minggu, jadi yang di sana ya... pemabuk. Si Bujang membawa motor abangnya, aku naik mobil, si abang nyetir. Di lampu merah sempat kulayangkan pertanyaan iseng ke Bujang "heh, abis coli lo ya tadi? hahaha" Bujang kaget, entah karena kalimatku terlalu frontal, atau tebakanku benar, dia menjawab dengan muka aneh "hah? engga! enak aja!" hahahahaha aku tertawa puas sekali. Sesampainya di jalan xx tersebut, mereka membeli minuman. Aku, bukan peminum alkohol, dicekoki sedikit saja otakku sudah pergi bersama angin, perutku perih. Lambungku memang lemah kata dokter. Sudahlah, bersenang-senang saja dulu malam ini. Namun aku ada janji dengan yang lain, aku merengek minta dipanggilkan taksi. Akhirnya si Bujang mengantarku ke pull taksi di ujung jalan dengan motor. Ia sempat meminta nomorku, aku lupa aku memberi nomor yang mana, entahlah, semoga saja benar, aku sudah tinggi, Bujang. Ia memintaku memberi kabar kepadanya jika sudah sampai, namun aku mengatakan dia saja yang hubungi duluan, aku tak memiliki nomornya. Akhirnya aku tiba di rumah kawanku, kawan lama, sedikit rasa cinta. Entahlah pembicaraan pagi-pagi memang absurd. Tak perlu banyak bicara. Ada pesan di ponselku, dari si Bujang. Aku membalasnya sekali, lalu ponselku mati kehabisan tenaga. Minggu, 22 April 2012 Senja, telah kembali dari pondok kelapa. Aku masih tak habis pikir apa yang kulakukan semalam, sudahlah ini tidak akan sering. Aneh. Ada lagi pesan dari si Bujang. Sms berlanjut... terus...dan terus. tanpa henti setiap hari. Rabu, 23 April 2012 Aku dan kawan-kawan SMP ke DuFan. Pergi melepas rindu, melepas penat, dan melepas duka. Hingga malam tiba, kami pulang ke rumah. Aku mengambil mobil lalu mengantarkan teman lma, dia di Purworejo sana, namun sedang berlibur di Depok. Setelah itu aku nobar di suatu tempat makan cepat saji di bilangan Lenteng Agung. Entah apa yang kupikirkan.... Kutunggu si Bujang di parkiran. Masuk, nonton, makan, merokok, ngobrol, bosan. Dua babak telah usai dan adu penalti. Aku dan bujang memutuskan untuk ke mobil, dengan satu lagi kawanku si supir malam minggu kemarin. Di mobilku ada televisi, jadilah kami menonton penalti di mobil... Apa bedanya aku juga tak tahu. Hari itu terlalu absurd untuk diingat-ingat. Fakta yang kusadari adalah aku mulai menaruh perhatian pada si Bujang. Kamis, 24 April 2012 Siang hari, aku baru bangun. Ibuku bertanya "itu pisau lipet siapa ketinggalan di mobil? eh sama ada nasi tuh" "buset. Siape yang bawa piso lipet?" batinku. Aku berharap itu milik si Bujang. Aku ingin bertemu dengannya lagi! Sial, aku kadang terlalu cepat jatuh cinta namun sulit sekali menyudahinya. Aku sms si Bujang, benar saja itu pisau miliknya, nasinya milik Remon. hahahaha aku senang. Sore nanti, aku akan mengajar menggambar. Aku ajak si Bujang hadir, sekalian mengembalikan pisau lipat tersebut. Terlalu banyak kejadian, hingga akhirnya kami bermain-main dengan pisau lipat itu dan terkuaklah sebuah pernyataan yang menimbulkan harapan; Bujang memendam rasa padaku! Aku merasa muda kembali. Aku dicintai, aku disukai. Indah sekali dunia ini. Sabtu, 29 April 2012 Biasanya di tanggal ini aku merayakan bulanan dengan Gipcha Dahgya, namun dia entah ke mana. Atau aku yang menarik diri. Entahlah, sudah tak perlu diperpanjang. Aku bosan. Aku kembali bermain dengan geng brengsek Cibubur. Bukan, mereka tidak sebrengsek yang kukatakan. Hanya sebutanku saja, pencitraan. Kembali ke jalan xx. Minum. Lagi. Sial, terjebak pergaulan. Mabuk, sudah. Kasmaran. Ya, kasmaran... Di jalan pulang, Remon yang membawa mobil. Ugal-ugalan. Bujang berteriak "MON! PELAN-PELAN! GUE BELOM PACARAN AMA OLIP!" ..... benakku yang tadinya tinggi, tak berpikir apa-apa, hanya mengulang-ulang memori seketika tersentak. hihihi, dia benar-benar ingin menjadikanku pacar! Aku harus mulai mengorek informasi tentangnya. Saat kembali, aku menginap di rumah si supir, bukan, bukan Remon. Si supir malam minggu di bilangan Cibubur. Saat bangun, kutemukan pesan manis, indah sekali "Ntar kalo udah bangun sms/telp ke sini aja ya, loveyou". AKU INGIN BERTERIAK KEGIRANGAAAAN!